Rabu, 15 Desember 2010

Hafalan Alquran Dapat Mencegah Berbagai Penyakit

Sebuah kajian baru membuktikan bahwa semakin banyak hafalan seseorang terhadap Al-Qur’an Al-Karim, maka semakin baik pula kesehatan. Dr. Shalih bin Ibrahim Ash-Shani’, guru besar psikologi di Universitas Al-Imam bin Saud Al-Islamiyyah, Riyadh, meneliti dua kelompok responden, yaitu mahasiswa/i Universitas King Abdul Abdul Aziz yang jumlahnya 170 responden, dan kelompok mahasis Al-Imam Asy-Syathibi yang juga berjumlah 170 responden.
Peneliti mendefinisikan kesehatan psikologis sebagai kondisi dimana terjadi keselarasan psikis individu dari tiga faktor utama: agama, spiritual, sosiologis, dan jasmani. Untuk mengukurnya, peneliti menggunakan parameter kesehatan psikis –nya Sulaiman Duwairiat, yang terdiri dari 60 unit.
Penelitian ini menemukan adanya korelasi positif antara peningkatan kadar hafalan dengan tingkat kesehatan psikis, dan mahasiswa yang unggul di bidang hafalan Al-Qur’an itu memiliki tingkat kesehatan psikis dengan perbedaan yang sangat jelas.
Ada lebih dari tujuh puluh kajian, baik Islam atau asing, yang seluruhnya menegaskan urgensi agama dalam meningkatkan kesehatan psikis seseorang, kematangan dan ketenangannya. Sebagaimana berbagai penelitian di Arab Saudi sampai pada hasil yang menegaskan peran Al-Qur’an Al-Karim dalam meningkatkan ketrampilan dasar siswa-siswa sekolah dasar, dan pengaruh yang positif dari hafalan Al-Qur’an untuk mencapai IP yang tinggi bagi mahasiswa.
Kajian tersebut memberi gambaran yang jelas tentang hubungan antara keberagamaan dengan berbagai bentuknya, terutama menghafal Al-Qur’an Al-Karim, dan pengaruh-pengaruhnya terhadap kesehatan psikisi individu dan kepribadiannya, dibanding dengan individu-individu yang tidak disiplin dengan ajaran-ajaran agama, atau tidak menghafal Al-Qur’an, sedikit atau seluruhnya.
Komentar terhadap Kajian:
Setiap orang yang menghafal sebagian dari Al-Qur’an dan mendengar bacaan Al-Qur’an secara kontinu itu pasti merasakan perubahan yang besar dalam hidupnya. Hafalan Al-Qur’an juga berpengaruh pada kesehatan fisiknya. Melalui pengalaman dan pengamatan, dipastikan bahwa hafalan Al-Qur’an itu dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada seseorang, dan membantunya terjaga dari berbagai penyakit.
Berikut ini adalah manfaat-manfaat hafalan Al-Qur’an, seperti yang penulis dan orang lain rasakan:
1. Pikiran yang jernih.
2. Kekuatan memori.
3. Ketenangan dan stabilitas psikologis.
4. Senang dan bahagia.
5. Terbebas dari takut, sedih dan cemas.
6. Mampu berbicara di depan publik.
7. Mampu membangun hubungan sosial yang lebih baik dan memperoleh kepercayaan dari orang lain.
8. Terbebas dari penyakit akut.
9. Dapat meningkatkan IQ.
10. Memiliki kekuatan dan ketenangan psikilogis.
Karena itu Allah berfirman, “Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang lalim.” (QS Al-‘Ankabut [29]: 49)
Ini adalah sebagian dari manfaat keduniaan. Ada manfaat-manfaat yang jauh lebih besar di akhirat, yaitu kebahagiaan saat berjumpa dengan Allah, memperoleh ridha dan nikmat yang abadi, mendapatkan tempat di dekat kekasih mulia Muhammad Saw

Manfaat-manfaat Menghafal Al-Qur'an

Berbagai kajian kontemporer membuktikan bahwa hafalan Al-Qur’an dapat menjaga seseorang dari berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, serta meningkatkan kreatifitas dan relaksasi.
Amal terbaik yang bisa dikerjakan seseorang adalah membaca Al-Qur’an, mengamalkan kandungannya, menerapkan perintah Allah, dan menjauhi larangan Allah. Selama pengalaman interaksi dengan Al-Qur’an dalam kurun waktu lebih dari dua puluh tahun, saya menemukan sebuah kepastian bahwa Al-Qur’an memiliki pengaruh yang besar terhadap kepribadian manusia.
Ketika Anda membaca sebuah bukti tentang Neuro Linguistic Programming, atau tentang seni manajemen waktu, atau seni bergaul, maka penulisnya akan mengatakan: membaca buku ini dapat mengubah hidup Anda. Artinya, kitab apapun yang dibaca seseorang itu akan memengaruhi perilaku dan kepribadiannya, karena kepribadian meurpakan hasil dari wawasan dan pengalaman seser, serta apa yang dibaca, dilihat dan didengarnya.
Sudah barang tentu buku-buku karangan manusia ini pengaruhnya terbatas. Tetapi, ketika berbicara tentang Kitab Allah yang menciptakan manusia, dimana Dia lebih mengetahui apa yang ada dalam diri manusia dan apa yang menjadikannya lebi hbaik, maka sudah barang tentu kita menemukan dalam kitab ini informasi-informasi yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya di dunia dan akhirat. Karena Al-Qur’an adalah cahaya, obat dan petunjuk. Di dalam kita temukan masa lalu dan masa mendatang. Allah berfirman, “Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS Fushshilat [41]: 42).
Dapat saya tegaskan bahwa setiap ayat yang Anda baca, renungkan dan hafal itu dapat menciptakan perubahan dalam hidup Anda! Bagaimana dengan orang yang membaca dan menghafal seluruh Al-Qur’an? Tidak diragukan bahwa bacaan Al-Qur’an, perenungan, dan penyimakan dengan khusyuk itu dapat merekonstruksi kepribadian seseorang, karena Al-Qur’an mengandung berbagai prinsip dan dasar-dasar yang solid bagi caracter building.
Saya akan menyampaikan pengalaman sederhana tentang sejauh mana pengaruh Al-Qur’an terhadap kepribadian seseorang, bahkan satu ayat saja! Saya pernah membaca firman Allah: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 216) Dalam hati saya berkata, ayat ini pasti mengandung sebuah hukum pasti yang memberi kebahagiaan bagi orang yang mengimplemensikannya dalam hidup.
Sebelum membaca ayat ini, saya sedang merasa sedih karena mengalami suatu musibah, atau merasakan ketakutan terhadap masa depan, karena saya sedang mencemaskan suatu hal.
Setelah merenungkan ayat ini dalam waktu yang cukup lama, saya menyadari bahwa Allah telah menadirkan segala sesuatu, dan Dia tidak akan memilihkan untukku selain yang terbaik bagiku, karena Dia mengetahui masa depan, sedangkan saya tidak. Demikianlah, akhirnya saya memandang segala sesuatu dengan optimis, meskipun secara lahir menyedihkan. Saya selalu mengharapkan terjadinya hal baik, meskipun menurut perhitungan tidak demikian.
Allah telah menetapkan setiap hal yang akan terjadi padaku sejak usiaku 42 hari dalam kandungan. Lalu, untuk apa aku bersedih. Selama Allah mendengar dan mengatur alam semesta ini, untuk apa takut dan cemas? Karena Allah yang menakdirkan dan memilihkannya untukku, maka itu pasti baik, bermanfaat, dan memberi kebahagiaan.
Demikianlah, kepribadian saya berubah dari akarnya menjadi pribadi yang optimis dan bahagia, dan terbebas dari banyak masalah yang mungkin saja terjadi seandainya Allah tidak memberiku kesempatan untuk merenungkan ayat ini, memahami, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulannya, berpegang teguh pada Al-Qur’an dan menjaga tilawahna itu dapat berpengaruh positif terhadap kepribadian seseorang, meninggalkan sistem kekebalan dalam dirinya, melindunginya dari berbagai penyakit psikologis, membantunya untuk sukses dan mengambil keputusan-keputusan yang sulit. Jadi, Al-Qur’an adalah jalan Anda untuk menjadi kreatif, memimpin, bahagia dan sukses!

Wajah Baru Orang-Orang Yahudi

Orang terperangah mendengar Mark Zuckerberg, yang menghibahkan kekayaannya $ 100 juta dolar kepada sebuah sekolah di AS.
Pemilik ide facebook, yang sekarang sudah menjadi kegiatan global itu, tidak menikmati kekayaannya, semata untuk pribadinya. Zuckerberg mendermakan kekayaan itu, sebagian besar untuk amal.
Mahasiswa Harvard yang menggagas facebook ini, sekarang menikmati hasil jerihpayahnya, dan kemudian dia berbuat untuk orang banyak.
Inilah kecenderungan (trend) orang-orang kaya di Barat, khususnya di AS, yang sekarang berlomba-lomba menghabiskan kekayaannya untuk melakukan amal (charity). Mereka membuat lembaga amal yang bersifat global. Membantu kaum miskin di Afrika, Asia, dan beberapa negara di Amerika Latin.
Warren Buffet, seorang investor yang memiliki kekayaan tidak tanggung-tanggung, senilai $ 47 miliar dolar, dan Bill Gate yang tak kalah kekayaannya dengan Warren Buffet, sekarang ini totalnya mencapai $ 57 miliar dolar.
Dua raksasa ini belum lama melakukan perjalanan keliling Cina dan India. Sebelumnya orang terkaya di muka bumi ini, berkeliling ke seluruh negara bagian AS. Keduanya sudah memasuki usia senja. Kedua tokoh ini sekarang lebih banyak tinggal di kampung halamannya, menikmati hari tuanya.
Warren Buffet menghibahkan 99 persen asset kekayaan kepada isterinya untuk kegiatan amal. Bill Gate menyisihkan kekayaannya senilai $ 2 miliar dolar tahun ini, yang digunakan untuk membantu kesehatan masyarakat, pendidikan, dan pembangunan. Bill Gate, juga membantu kegiatan kaum Evengelist, yang sekarang ini terus menyebarkan kegiatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara dunia ketiga.
Kedua tokoh ini mendirikan apa yang disebutkan dengan “Greats Givers”, sebuah lembaga charity yang bersifat global, dan menyerukan kepada orang-orang kaya, agar mereka menyisihkan kekayaan mereka untuk kepentingan amal (charity). Bayangkan apa yang akan dihasilkan dengan dana yang demikian besar, yang dimiliki oleh dua tokoh ini, yang sudah menghibahkan dananya untuk kepentingan amal ke seluruh jagad.
Ada Dominique Strauss-Kahn yang menjadi Direktur IMF (International Monotary Fund), dan Robert Zoelick, yang menjadi Direktur World Bank. Keduanya menangani krisis ekonomi global yang sekarang bukan hanya menghentakkan ekonomi AS, tetapi telah memporak-porandakan Uni Eropa.
Kedua lembaga multilateral itu, menangani krisis yang sekarang terjadi di Eropa. Yunani, Irlandia,  Portugal, Spanyol, Ukraina, dan bahkan Pakistan. Lembaga multilateral itu harus mengeluakan uang bersama dengan Uni Eropa, tak kurang mencapai 110 miliar euro, hanya untuk memberikan talangan kepada Yunani yang sudah bangkrut dan tenggelam dihantam krisis utang. Eropa yang kini terkena krisis akan menjadi menjadi taruhan. Akankah Eropa tetap bersatu menjadi sebuah zona, yang sekarang ini beranggotakan 27 negara?
Bernanke yang menjadi kepala Federal Reserve AS (Bank Central AS), bersama dengan Dominique dan Robert Zoelick, menyelamatkan ekonomi AS, yang menggelontorkan dana talangan kepada bank-bank di AS, yang tergilas krisis fininsial, yang jumlahnya mencapai 900 miliar dolar.
Mereka semuanya adalah tokoh-tokoh Yahudi, dibalik kehidupan ekonomi global, yang sekarang ini porak-poranda, akibat krisis.
Krisis diakibatkan  oleh sistem kapiltalisme yang sangat rakus, dan dengan dasar riba, yang sudah menjadi ideologi dasar mereka. Kaplitalisme yang sangat rakus dan tamak, menghancurkan kehidupan  adalah buatan  mereka sendiri. Tak ada solusi akibat krisis sekarang ini. Ideologi-idelogi yang mereka ciptakan itu, akhirnya secara bertahap justru menghancurkan diri mereka sendiri secara sistematis.
Maka, di sini ada sosok lainnya, seperti George Soros, yang membangun sebuah gerakan yang bersifat global, yang diberi nama The Open Society Institute, yang tujuannya ingin membangun sebuah kehidupan baru, yang berdasarkan kesetaraan, toleransi, keadilan, terbuka, dan demokratis. The Open Society Institute itu, yang sekarang ini terus terlibat dalam berbagai perubahan di seluruh dunia, dan terus meningkatkan jaringannya.
Warren Buffet dan Bill Gate yang membuat gerakan “Great Givers”, dan ditopang dana yang besar, dan seruan-seruannya yang massif kepada orang-orang kaya di seluruh jagad ini, serta meminta mereka mendermakan kekayaan mereka untuk kepentingan amal bukan tanpa tujuannya.
Mereka hanya ingin membangun sebuah gambaran baru, yang lebih beradab bagi entitas Yahudi, yang lebih humanis, dan memiliki rasa tanggung jawab kepada dunia, dan ummat manusia, terutama atas nasib mereka yang miskin. Ini menjadi sarana menutupi kebiadaban dan kejahatan yang mereka lakukan selama berabad-abad ini.
Di AS seorang tokoh Yahudi dibidang finansial, Madock, yang sudah dijatuhi hukuman oleh pengadilan 150 tahun, akibat penipuan yang jumlah mencapai $ 50 miliar dolar. Ini merupakan bentuk penipuan dengan menggunakan cara yang disebut ‘Skema Vonzi’, yang merupakan kejahatan dibidang finasial yang terburuk disepanjang sejarah AS.
Karena dengan ekonomi yang kapilistik itu, betapa banyaknya negara yang telah dihancurkan oleh entitas Yahudi. Dengan sistem yang kapitalistik itu, dan  negara-negara miskin telah masuk dalam jebakan utang (the debt trab), yang akhirnya mereka hanya menjadi bangsa budak. Tergantung kepada para ‘tuan’ yang menjadi pemiliki modal. Negara-negera berkembang asset mereka telah habis dikuras oleh perusahaan multi nasional (MNC), yang sebagian besar dikendalikan para baron Yahudi.
Jangan lupa orang-orang Yahudi itu, juga ada yang bertindak lebih biadab, seperti Ariel Sharon, yang membantai ribuan rakyat Palestina. Perdana Menteri Robert Olmert dari Partai Buruh (Kadima), yang dianggap lebih moderat (lunak) dibanding dengan Partai Likud, yang konservatif, tetapi Olmerts telah melakukan ageresi militer yang menewaskan ribuan orang Palestina di Gaza, dan meluluh-lantakkan wilayah itu.
Ada juga Paul Wolfowitz yang menjadi inisiator invasi AS ke Irak. Sesudah agresi yang menghancurkan itu, Wolfowitz diangkat menjadi kepala World Bank, dan meninggalkan jabatannya, sesudah terkena skandal 'cinta' dengan seorang bawahannya. Bekas Dubes AS di Jakarta itu, ternyata pengikut Partai Likud, yang sudah mempunyai obsesi menghancurkan Irak, sejak tahun 1982, dan baru terlaksana pada pemerintah Bush.
Yahudi yang sudah dikutuk karena berbagai kejahatannya, dan sekarang masyarakat dunia mulai menyadari kejahatan mereka, dan menjauhi orang-orang Yahudi, dan sekarang menyebabkan Yahudi sebagai komunitas yang terisolir.
Sekarang orang-orang Yahudi menampilkan wajah baru dengan tokoh-tokoh  seperti Warren Buffet, Bill Gate, dan Mark Zuckerberg, yang menjadi manusia-manusia 'mulia'  penuh dengan belas kasihan. Terhadap sesamanya. Wallahu’alam.